Sebenarnya apa yang membuat kebanyakan orang berpikiran seperti itu? Safety play, itu jawabannya. Kebanyakan orang hanya berani bermain aman. Selalu berpikir dan bertindak berdasarkan apa yang sudah dilakukan oleh orang-orang terdahulu. Tidak berani untuk make a different somethink. Sebenarnya mental yang kuat lebih menentukan sikap mereka berani atau tidaknya mereka berbuat sesuatu yang berbeda. Saya serius tentang hal ini karena saya sudah merasakannya sendiri dalam organisasi yang saya pimpin sekarang ini. Kalau tidak percaya silakan anda coba sendiri. Ketika ada satu kebijakan yang coba anda tentang dan memberikan opsi lain yang berlawanan dengan jalan pikiran senior anda maka anda akan ditentang dan disebut pembangkang yang tidak tau diri dan tidak tau terimakasih. Ketika anda memiliki pikiran berbeda, jangan harap semua orang akan mendukung. Tapi selama anda yakin bahwa yang anda lakukan itu benar, teruskanlah, perjuangkanlah, karena mereka yang apatis terhadap perbedaan dan perubahan hanyalah orang-orang yang akan busuk, mati, terkapar tidak berdaya karena tidak pernah berkembang mengikkuti perubahan. Tapi maaf, sebelumnya anda harus mengerti bahwa mengikuti perubahan zaman bukan berarti tidak memiliki pendirian, karena yang saya maksudkan ikut berubah bukanlah ikut-ikutan, tapi andalah yang menjadi trend setter dari perubahan itu sendiri dengan berpikir beda, tidak konfensional.
Sunday 28 December 2008
Entah kenapa keadaannya bisa sangat berlawanan dengan yang diharapkan selama ini. Semua orang berharap bisa mendapatkan pekerjaan setelah selesai kuliah, tapi nyatanya apa? Berbagai institut pendidikan selama ini hanya mampu mencetak para pengangguran bertitel sarjana. Bagaimana tidak! Saya berani bilang bahwa diatas 90% sekolah diIndonesia hanya mengajarkan bagaimana caranya mencari kerja, bukan membuat pekerjaan. Kalau semua orang mencari kerja lantas siapa yang menyediakan lapangan pekerjaan??? Maaf, saya tidak bermaksud menghina orang-orang yang yang bersekolah karena tidak semua orang seperti itu. Tapi sayangnya hanya sedikit sekali orang benar-benar berpikir visioner. Kalaupun ada, mereka yang memiliki pikiran seperi itu pastilah tidak mendapatkannya dari sekolah. Saya berani jamin! Tapi lihatlah mereka yang memiliki visi besar –yang tidak didapat dari sekolah– bisa bersekolah jauh lebih baik daripada yang lain, bahkan sampai keluar negri seperti master NLP Pa Waidi dan seorang pengusaha asal Jakarta, Pa Zainal Abidin. Maka belajarlah dari mereka yang sudah belajar dari kehidupan. Mereka yang bukan hanya belajar hidup melalui teori tapi mengetahui teori memalui pelajaran kehidupan.
Saya tidak punya maksud untuk menyalahkan anda yang sudah menjadi pegawai –biasa disebut karyawan– maupun yang baru bercita-cita menjadi pegawai. Tapi saya rasa anda semua masih memiliki pilihan yang jauh lebih baik daripada itu. Memang semua orang tau bahwa bangsa Indonesia terkenal memiliki mental pekerja keras, bahkan saking pekerja kerasnya sampai-sampai mayoritas penduduk Indonesia menjadi pekerja, dengan kata lain sangat jarang sekali yang jadi pimpinan bahkan pemilik perusahaan. Ahirnya yang terjadi adalah kurangnya lapangan mencari pekerjaan. Kebanyakan dari mereka bahkan mungkin salahsatunya adalah anda tidak menyadari bahwa lapangan membuat pekerjaan masih terbuka sangatlah lebar. Ketidaksadaran ini pulalah yang menjadikan Negara ini pengekspor tenaga kerja terbesar didunia. Tidak perlu jauh-jauh bibi saya sendiri sudah jadi korbannya. Dia sudah menjadi TKW diTaiwan dengan title sarjananya yang dia dapat dari IAIN. Sudahlah, akhiri semua ini, akhiri kebobrokan mental anda, rubahlah cara pikir anda menjadi lebih visioner, lebih kuat, berhentilah berharap, gantilah mental manja menjadi baja. Anda bisa sukses-kaya-mati masuk surga, tentunya dengan keadaan yang lebih baik. Taukah anda bahwa Rasulullah berkata bahwa “sembilan dari sepuluh pintu rejeki itu terdapat pada perniagaan, sepersepuluh diantaranya adalah peternakan”. Perhatikan itu, Rasul cuma rekomendasikan perniagaan/perdagangan, mentok-mentoknya peternakan, tidak ada pegawai. Bukan cuma itu, salahsatu dari sepuluh kategori orang yang masuk surga adalah pengusaha, lagi-lagi pegawai tidak disebutkan. Mungkin dahi anda akan sedikit berkerut membaca tulisan diatas karena anda berpikir apa hubungannya visioner-pegawai-pengusaha. Jangan salah, semuanya berkaitan erat karena menurut saya orang yang memiliki visi paling besar dan nyata hanyalah pengusaha karena dia bebas menentukan visi pribadi maupun perusahaan. Beda halnya dengan pegawai yang tidak selalu bisa menyelaraskan visi pribadi terhadap pekerjaan.
Menurut saya, bagi anda –para mahasiswa– yang belum memiliki visi (tujuan) tidaklah pantas memiliki IPK diatas 2,00. Kenapa begitu??? Untuk anda yang belum memiliki visi, sekarang saya tanya, buat apa kamu cari IPK tinggi-tinggi??? Lha wong kamu sendiri ga tau dapetin IPK tinggi buat apa –sekali lagi saya ingatkan, “untuk yang belum punya visi”–. Dikampus tempat saya berkuliah keadaannya lebih parah lagi. Kebanyakan orang hanya terdiam katika saya tanya “kenapa masuk ******???” –maaf, saya tidak bisa sebutkan nama kampusnya–. Ya sebenernya masih mending kalo cuma terdiam, yang parah itu ketika sudah ada yang bilang “ketipu brosur!!!”. Parah kan… Sebenernya saya juga ketipu brosur, hueheheeeeeeeee…. Maaf, bukan maksud saya menebar virus dan mengajak anda untuk menurunkan IPK, tapi bukankah akan jauh lebih bermanfaat ketika apa yang anda cari selama ini memiliki tujuan yang lebih visioner –bukan hanya mencari nilai–. Karena saya khawatir, anda yang memiliki IPK tinggi –kalau tidak memiliki visi– nantinya hanya akan menjadi pengangguran bertitel “Ahli Madia”. Kekhawatiran saya ini bukanlah sesuatu yang tidak beralasan. Beberapa bulan yang lalu saya sempat berbincang dengan senior yang baru saja lulus dengan nila TA berpredikat “A”. Saya bilang “waaah,,, selamat bang ya, udah dapet nila A, hebat euy hebat, salut lah, terus rencana selanjutnyta mau ngapain???”. Dengan santainya dan dengan wajah polos tanpa dosa dia bialang “yah fik,,, liat gimana nanti lah, aku mau coba-coba ngelamar kerja dulu…”.
Wahai sohib-sohib ku, buka mata kalian!!! Ternyata seorang yang dapet nilai A masih belum jelas habis lulus mau ngapain. Saya tau kalo saja para dosen membaca tulisan saya ini pasti akan bilang “tapi coba liat mas, akhirya mereka dapet kerja juga kan!!!”. Pa dosen, bu dosen yang saya hormati, saya juga mau bilang “tapi coba liat mental mereka pa/bu… kasian mereka! Jalan pikiran mereka sudah dibatasi, dikotak-kotakkan pada suatu kondisi –selesai kuliah cari kerja–, selama anda mencari dalih akan keadaan ini, berarti anda juga sudah menjadi pembenar atas bobroknya mental bangsa yang lemah karena selalu berharap diberi kesempatan bekerja, bukannya membuka/membuat lapangan pekerjaan!!!”. Sahabatku, anda adalah mahasiswa, berpikirlah kritis, walaupun untuk berpikir kritis itu tidak harus menjadi mahasiswa dulu. Tapi sukses atau tidaknya bangsa ini sangat jelas ditentukan juga oleh kesuksesan anda. Jangan bangga jika anda baru bisa jadi karyawan. Anda yang sudah bekerja diperusahaan tidaklah pantas disebut karyawan karena karyawan seharusnya adalah berkarya, bukannya hanya mengerjakan tugas dari bos. Jadi lebih baik disebut pegawai saja.
Saya sangat sering mendengar ucapan seperti ini ”Yang penting kita berusaha dulu, masalah hasil biar kita ikhlaskan saja pada Alloh”. Lagi-lagi saya tegaskan tidak ada yang salah dengan ikhlas. Lalu bagian mana yang mesti diperbaiki? Segera dibalik! Apanya? Ikhlasnya! Seharusnya adalah ikhlas dulu setelah itu bergerak untuk bisa sukses. Ikhlas untuk menjadi orang sukses. Kebanyakan orang yang berkata ”berusaha dulu, hasil kita ikhlaskan saja” adalah orang yang pasrah dalam ketidakyakinan serta kepesimisan. Orang sukses yang sejati akan selalu optimis walaupun hasilnya nol sekalipun, tapi karena ada visi yang tergambar jelas maka pergerakan akan terus dilanjutkan untuk mewujudkan visi-visi yang sudah diyakini. Sebetulnya agak susah membedakan kalimat optimis atau pesimis dari kata-kata ”hasilnya kita ikhlaskan saja kepada Alloh” melalui media tulisan seperti ini. Satu-satunya cara adalah dengarkan intonasi bicaranya, optimiskah? Pesimiskah? Dan lihat raut wajahnya, semangat atau lesu? Hasilnya bisa anda bandingkan sendiri.
Wednesday 17 December 2008
Atau usaha anda tidak maksimal, gampang menyerah. Bervisi dengan spesifik sudah. Yakin apalagi. Berbagi? Weeew, udah tiap hari. Tapi visi belum tercapai juga! Berarti usaha anda masih kurang. Untuk yang satu ini ini saya tidak mau bahas panjang lebar karena solusinya hanya ada satu, pantang meyerah. Teruslah berusaha dan berpositif thinking. Semua sudah dijalankan tapi visi anda belum diwujudkan oleh Alloh? Bersabarlah, hanya ada dua alasan, waktunya belum tepat atau Alloh sedang merencanakan yang lebih baik daripada yang sedang anda rencanakan
Minta dengan spesifik sudah, yakin juga sudah, tapi kenapa visi belum tercapai? Ternyata masih pelit. Sering kali yang terjadi adalah kebanyakan orang hanya bisa meminta tapi tidak tau diri. Meminta tapi mintanya nodong, maksa, curang. Bukankah sudah sangat sering kita diberi limpahan rahmat oleh Alloh? Bahkan tidak memintapun tetap diberi. Seperti udara, penglihatan, pendengaran dan banyak lagi. Lalu apakah itu alasan kenapa visi kita tidak terwujud? Bukan! Jawabannya adalah selama ini kebanyakan orang sudah bermain curang dan terlalu pelit, bukan pelit kepada Alloh tapi pelit kepada dirinya sendiri. Ketahuilah Alloh tidak akan menjadi jatuh miskin jika semua orang didunia tidak mau bersodakoh dan tidak akan berkurang kekayaan Alloh jika Ia berkenan memberikan seisi bumi ini kepada anda. Tapi yang terjadi adalah kebanyakan orang hanya bisa selalu meminta, meminta dan meminta. Ketika ada kotak infak jumat yang mulai digeser, orang-orang segera membuka dompet, dan terlihat 20.000, 10.000, 5000, 1000, dan 500 Rupiah didalam dompetnya. Mana yang dikeluarkan oleh kebanyakan orang? Ya Rp.500. hanya 500. Pantaskah anda meminta dengan memaksa, bahkan ketika belum dikabulkan malah menuduh Alloh tidak adil, Alloh tidak mau mengabulkan doa-doaku, Alloh pelit, Alloh sudah tidak menyayangiku lagi –naudzubillah summa naudzubillah– . Renungkanlah wahai sahabatku.
Salah seorang sahabat saya pernah berkata ”memberi itu ga perlu banyak-banyak, yang penting ikhlas”. Itu benar, tidak ada yang salah dengan ikhlas. Tapi yang disayangkan adalah kalimat ini sering kali dijadikan sebagai pembenar untuk menjadi orang yang pelit. Menurt saya, memberi itu yang penting banyak. Jika ada pengemis yang meminta kemduian anda beri Rp.500 denga keikhlasan yang luar biasa lantas apa pengemis itu mau makan ikhlas? Tidak kan! Kalau memberinya sedikit ya sudah pasti iklhas, karena memang sedikit dan tidak berarti apa-apa. Lalu bagaimana ketika memberi lebih banyak? Memang terasa berat diawal. Lalu apakah itu suatu bentuk ketidak ikhlasan kemudian pemberian kita menjadi sia-sia? Bukan. Ketika memberi banyak kemudian mencoba untuk ikhlas berarti anda sedang belajar ikhlas berbagi dilevel yang lebih tinggi. Bukan level ikhlas kelas Ekonomi tapi ikhlas yang VVVIP (Very Very VIP). Teruskanlah! Nanti anda akan terbiasa memberi yang terbaik, insya Alloh yang terbaik pun akan anda dapatkan. Tapi ingat, ketika anda ikhlas maka jangan pernah berpikir tentang balasan apa yang anda kehendaki, karena itu namanya bukan ikhlas lagi tapi pamrih. Dan apa yang anda berikan, uang misalnya, tidak hanya selalu kembali dalam bentukuang. Alloh bisa berikan yang jauh lebih baik daripada uang. Entah itu keluarga yang harmonis, istri yang baik, anak yang soleh dan solehah, dan banyak lagi. Dan saya tidak pernah melihat ada orang yang menderita karena memberi yang terbaik. Maka berikanlah yang terbaik maka anda akan mendapatkan yang terbaik juga, surga Alloh yang jannah. Insya Alloh, amin.
Salah seorang sahabat saya pernah berkata ”memberi itu ga perlu banyak-banyak, yang penting ikhlas”. Itu benar, tidak ada yang salah dengan ikhlas. Tapi yang disayangkan adalah kalimat ini sering kali dijadikan sebagai pembenar untuk menjadi orang yang pelit. Menurt saya, memberi itu yang penting banyak. Jika ada pengemis yang meminta kemduian anda beri Rp.500 denga keikhlasan yang luar biasa lantas apa pengemis itu mau makan ikhlas? Tidak kan! Kalau memberinya sedikit ya sudah pasti iklhas, karena memang sedikit dan tidak berarti apa-apa. Lalu bagaimana ketika memberi lebih banyak? Memang terasa berat diawal. Lalu apakah itu suatu bentuk ketidak ikhlasan kemudian pemberian kita menjadi sia-sia? Bukan. Ketika memberi banyak kemudian mencoba untuk ikhlas berarti anda sedang belajar ikhlas berbagi dilevel yang lebih tinggi. Bukan level ikhlas kelas Ekonomi tapi ikhlas yang VVVIP (Very Very VIP). Teruskanlah! Nanti anda akan terbiasa memberi yang terbaik, insya Alloh yang terbaik pun akan anda dapatkan. Tapi ingat, ketika anda ikhlas maka jangan pernah berpikir tentang balasan apa yang anda kehendaki, karena itu namanya bukan ikhlas lagi tapi pamrih. Dan apa yang anda berikan, uang misalnya, tidak hanya selalu kembali dalam bentukuang. Alloh bisa berikan yang jauh lebih baik daripada uang. Entah itu keluarga yang harmonis, istri yang baik, anak yang soleh dan solehah, dan banyak lagi. Dan saya tidak pernah melihat ada orang yang menderita karena memberi yang terbaik. Maka berikanlah yang terbaik maka anda akan mendapatkan yang terbaik juga, surga Alloh yang jannah. Insya Alloh, amin.
Sunday 14 December 2008
Permintaannya yang sudah spesifik tapi belum diyakini akan sulit terwujud. Pernahkah anda berdoa "ya Alloh, berikan aku istri/suami yang bernama si anu / si itu, yang catik/tampan secantik dan setampan Budi Anduk –maaf Kang Budi, saya hanya bercanda– harta yang berkelimpahan dengan uang dua milyar tiap minggu dan surga firdaus dikemudian hari, amin –sembari mengusap wajah–", kemudian terbersit didalam benak "mungkin ga ya Alloh kabulkan?". Pernyataan terahir andalah yang akan terjadi. Keinginan anda tidak akan terwujud karena anda belum yakin kepada Yang Maha Memberi. Contoh simple. Penggunaan kata TAPI. Misal, Anda adalah orang yang berkeyakinan bisa menjadi kaya raya dan berkata "Saya yakin, Saya pasti bisa kaya raya, Saya yakin itu, yakin, yakin, yakiiiiiiiiiin, TAPI sayangnya tidak ada keturunan orang kaya, NAMUN wajah Saya tidak mencerminkan orang kaya, HANYA SAJA bapa ibu saya orang miskin" –misal, hanya contoh (tapi sering terjadi)–. Kata-kata terakhir andalah yang akan diterima oleh pikiran alam bawah sadar, lalu terjadi Law Of Attraction dan semua ketidak yakinan anda yang diucapkan diakhir kalimatlah yang akan benar-benar manjadi kenyataan. Kenapa bisa begitu? Karena pikiran alam bawah sadar kita tidak akan menganalisa kata-kata negatif atau positif. Ya sukur-sukur kalau positif. Kalau negatif? Mampus lah... Satu lagi, saya minta kepada anda untuk tidak membayankan TIKUS got yang kotor, berbulu, dan menjijikan. Apa yang anda bayangkan? Ya, tikus. Padahal anda tidak menginginkan bayangan tikus tapi anda telah saya buat fokus kepada tikus. Tau kenapa? Karena alam bawah sadar kita hanya akan memproses apa yang menjadi fokus pikiran bukan yang diinginkan atau tidak diinginkan. Seperti hukum gravitasi yang akan tetap menarik benda jatuh kebawah dimanapun benda itu diletakkan. Jadi tetaplah fokus dan berpositif thinking serta yakin dengan visi yang telah anda tetapkan.
Kesalahan pertama "keinginan yang tidak spesifik" -sambungan "Bagaimana cara menetapkan visi yang baik?"-
writed by: anshor rebornPertama, keinginan yang tidak spesifik. Analoginya seperti ini: Jika saya mengadakan perlombaan lari jarak jauh dengan hadiah dua milyar, maukah anda ikut? Dua milyar loh... Mau? Ok, silakan ikut. Bersiaplah digaris start. Bersedia, siap, lari!!! Walaupun anda satu-satunya orang yang ikut dalam perlombaan ini dan dipastikan menang –jika sampai garis finish–, saya yakin dan berani jamin anda tidak akan lari kemanapun hingga akhirnya kalah dan tidak mendapatkan apa-apa dari saya. Tau kenapa? Karena anda belum tau dimana garis finishnya. Itu alasan utamanya. Dan alasan kedua adalah karna saya belum memiliki uang dua milyar maka saya tidak akan memberi tau dimana garis finisnya. Suka-suka saya. Terserah saya. Kan saya panitia yang mengadakan pertandingannya... –Saya hanya serius pada alasan utama–
Inilah kesalahan terbesar yang sering terjadi. Otak sering kali diperintah untuk mendapatkan apa yang diinginkan tapi tidak pernah jelas tentang dimana, kapan, bagaimana, seberapa banyak dan seperti apa bentuk sesuatu yang diinginkan itu. Akhirnya yang terjadi adalah hanya berjalan ditempat tanpa pernah ada tujuan yang benar-benar spesifik. Satu lagi contoh mudah, ketika ujian akhir yang menentukan kelulusan tiba, anda berdoa kepada Alloh "ya Alloh, berikanlah aku nilai yang baik, amin". Kemudian muncul hasil nilai ujian anda adalah 4,5. Lalu anda protes "Alloh tidak mengabulkan doaku". Pertanyaannya, doa yang mana? Kemaren kan Cuma minta nilai yang baik. 4,5 kan masih lebih baik dari pada 3, 2, apalagi 0!!! Percayalah, Alloh berkata "berdoalah kepada-Ku, niscaya akan aku perkenankan untukmu", jadi semua doa anda pasti pasti pasti akan dikabulkan oleh Alloh. Jadi, memintalah dengan spesifik dan terus afirmasi –bayangkan/pengaruhi– pikiran anda
Inilah kesalahan terbesar yang sering terjadi. Otak sering kali diperintah untuk mendapatkan apa yang diinginkan tapi tidak pernah jelas tentang dimana, kapan, bagaimana, seberapa banyak dan seperti apa bentuk sesuatu yang diinginkan itu. Akhirnya yang terjadi adalah hanya berjalan ditempat tanpa pernah ada tujuan yang benar-benar spesifik. Satu lagi contoh mudah, ketika ujian akhir yang menentukan kelulusan tiba, anda berdoa kepada Alloh "ya Alloh, berikanlah aku nilai yang baik, amin". Kemudian muncul hasil nilai ujian anda adalah 4,5. Lalu anda protes "Alloh tidak mengabulkan doaku". Pertanyaannya, doa yang mana? Kemaren kan Cuma minta nilai yang baik. 4,5 kan masih lebih baik dari pada 3, 2, apalagi 0!!! Percayalah, Alloh berkata "berdoalah kepada-Ku, niscaya akan aku perkenankan untukmu", jadi semua doa anda pasti pasti pasti akan dikabulkan oleh Alloh. Jadi, memintalah dengan spesifik dan terus afirmasi –bayangkan/pengaruhi– pikiran anda
Afirmasi terus pikian anda. Afirmasi adalah proses mempengaruhi alam pikiran. Istilah adalah NLP (Neuro Linguistik Programing), bahasa pemrograman otak. Jadi otak anda bisa diprogram untuk mewujudkan apa yang anda inginkan. Ini ada hubunggannya dengan Law Of Attraction. Jadi semakin jelas gambaran masa depan anda, maka akan semakin dekat pula mimpi atau cita-cita anda menjadi kenyataan. Lalu pernahkah anda merasa kenapa sering kali yang terjadi adalah hal yang berlawanan dengan apa yang diinginkan? Ada empat penyebab. Pertama, keinginan yang tidak spesifik. Kedua, tidak yakin. Ketiga, meminta tapi tidak mau memberi. Keempat, tidak ada usaha.
Taukah anda, apa yang membedakan orang yang sukses dengan orang yang gagal? Jawabannya adalah, orang gagal sebenarnya adalah orang yang paling jarang gagal, namun orang sukses adalah orang yang paling sering gagal. Dahi anda berkerut? Begini. Orang yang gagal memilih berhenti untuk mencoba ketika dia gagal, maka ia hanya gagal sampai saat itu saja, saat dia memilih berhenti untuk mencoba karena takut kegagalan akan kembali menimpanya. Berbeda dengan orang yang sukses. Orang sukses selalu melihat kegagalan sebagai proses menuju keberhasilan. Orang yang sukses selalu belajar dari kegagalan sehingga ia selalu menjadi lebih baik setiap kali ia gagal. Jadi ketika gagal maka ia akan kembali mencoba, gagal lagi maka mencoba lagi, gagal lagi coba lagi, coba lagi dan terus mencoba hingga ia melewati lebih banyak kegagalan dibandingkan dengan orang gagal sesungguhnya –orang yang memilih untuk berhenti mencoba–.
Sahabatku, berpikirlah positif. Janganlah melihat suatu kegagalan sebagai akhir dari segalanya. Justru kegagalan adalah awal dari segalanya. Awal untuk mulai dengan cara yang lebih baik lagi. "Sesungguhnya dibalik kesulitan itu ada kemudhan" maka "janganlah berputus asa dari rahmat Alloh". Ingatkah anda dengan kisah perjalanan Thomas Alfa Eddison dalam menciptakan lampu pijar? Ia gagal 10.000 kali dan hanya berhasil 1 kali. Lebih banyak mana, gagalnya apa berhasilnya? Tentu gagalnya! Dan ketika ia kembali mengulang percobaannya untuk kesekian ribu kali –sebelum berhasil–, temannya berkata "kamu sudah gagal ribuan kali, apakah kamu mau gagal untuk kesekian ribu kalinya?" dan Om Thomas menjawab "saya tidak pernah gagal, saya hanya berhasil menemukan ribuan cara yang kurang efektif untuk menciptakan bola lampu". Begitulah perbedaan yang mencolok antara orang sukses dan orang gagal.
Lalu apa hubungannya orang sukses dengan visi? Orang yang sukses hanyalah orang yang memiliki keyakinan kuat akan visinya. Hingga kemanapun ia berjalan maka visi itulah yang selalu tergambarkan diimajinasinya, terus mengafirmasi pikirannya, mengendap dialam bawah sadarnya. Dan ketika ia gagal, visinya, gambaran masa depannya, cita-citanya akan kembali terlihat dan semangatnyapun kembali terdongkrak untuk mewujudkan apa yang iya yakini dan inginkan. Bagaimana dengan orang yang gagal? Seperti itukah orang yang gagal? Ooh tentu tidak!
Sahabatku, berpikirlah positif. Janganlah melihat suatu kegagalan sebagai akhir dari segalanya. Justru kegagalan adalah awal dari segalanya. Awal untuk mulai dengan cara yang lebih baik lagi. "Sesungguhnya dibalik kesulitan itu ada kemudhan" maka "janganlah berputus asa dari rahmat Alloh". Ingatkah anda dengan kisah perjalanan Thomas Alfa Eddison dalam menciptakan lampu pijar? Ia gagal 10.000 kali dan hanya berhasil 1 kali. Lebih banyak mana, gagalnya apa berhasilnya? Tentu gagalnya! Dan ketika ia kembali mengulang percobaannya untuk kesekian ribu kali –sebelum berhasil–, temannya berkata "kamu sudah gagal ribuan kali, apakah kamu mau gagal untuk kesekian ribu kalinya?" dan Om Thomas menjawab "saya tidak pernah gagal, saya hanya berhasil menemukan ribuan cara yang kurang efektif untuk menciptakan bola lampu". Begitulah perbedaan yang mencolok antara orang sukses dan orang gagal.
Lalu apa hubungannya orang sukses dengan visi? Orang yang sukses hanyalah orang yang memiliki keyakinan kuat akan visinya. Hingga kemanapun ia berjalan maka visi itulah yang selalu tergambarkan diimajinasinya, terus mengafirmasi pikirannya, mengendap dialam bawah sadarnya. Dan ketika ia gagal, visinya, gambaran masa depannya, cita-citanya akan kembali terlihat dan semangatnyapun kembali terdongkrak untuk mewujudkan apa yang iya yakini dan inginkan. Bagaimana dengan orang yang gagal? Seperti itukah orang yang gagal? Ooh tentu tidak!
Subscribe to:
Posts (Atom)