Pertama, keinginan yang tidak spesifik. Analoginya seperti ini: Jika saya mengadakan perlombaan lari jarak jauh dengan hadiah dua milyar, maukah anda ikut? Dua milyar loh... Mau? Ok, silakan ikut. Bersiaplah digaris start. Bersedia, siap, lari!!! Walaupun anda satu-satunya orang yang ikut dalam perlombaan ini dan dipastikan menang –jika sampai garis finish–, saya yakin dan berani jamin anda tidak akan lari kemanapun hingga akhirnya kalah dan tidak mendapatkan apa-apa dari saya. Tau kenapa? Karena anda belum tau dimana garis finishnya. Itu alasan utamanya. Dan alasan kedua adalah karna saya belum memiliki uang dua milyar maka saya tidak akan memberi tau dimana garis finisnya. Suka-suka saya. Terserah saya. Kan saya panitia yang mengadakan pertandingannya... –Saya hanya serius pada alasan utama–
Inilah kesalahan terbesar yang sering terjadi. Otak sering kali diperintah untuk mendapatkan apa yang diinginkan tapi tidak pernah jelas tentang dimana, kapan, bagaimana, seberapa banyak dan seperti apa bentuk sesuatu yang diinginkan itu. Akhirnya yang terjadi adalah hanya berjalan ditempat tanpa pernah ada tujuan yang benar-benar spesifik. Satu lagi contoh mudah, ketika ujian akhir yang menentukan kelulusan tiba, anda berdoa kepada Alloh "ya Alloh, berikanlah aku nilai yang baik, amin". Kemudian muncul hasil nilai ujian anda adalah 4,5. Lalu anda protes "Alloh tidak mengabulkan doaku". Pertanyaannya, doa yang mana? Kemaren kan Cuma minta nilai yang baik. 4,5 kan masih lebih baik dari pada 3, 2, apalagi 0!!! Percayalah, Alloh berkata "berdoalah kepada-Ku, niscaya akan aku perkenankan untukmu", jadi semua doa anda pasti pasti pasti akan dikabulkan oleh Alloh. Jadi, memintalah dengan spesifik dan terus afirmasi –bayangkan/pengaruhi– pikiran anda
Inilah kesalahan terbesar yang sering terjadi. Otak sering kali diperintah untuk mendapatkan apa yang diinginkan tapi tidak pernah jelas tentang dimana, kapan, bagaimana, seberapa banyak dan seperti apa bentuk sesuatu yang diinginkan itu. Akhirnya yang terjadi adalah hanya berjalan ditempat tanpa pernah ada tujuan yang benar-benar spesifik. Satu lagi contoh mudah, ketika ujian akhir yang menentukan kelulusan tiba, anda berdoa kepada Alloh "ya Alloh, berikanlah aku nilai yang baik, amin". Kemudian muncul hasil nilai ujian anda adalah 4,5. Lalu anda protes "Alloh tidak mengabulkan doaku". Pertanyaannya, doa yang mana? Kemaren kan Cuma minta nilai yang baik. 4,5 kan masih lebih baik dari pada 3, 2, apalagi 0!!! Percayalah, Alloh berkata "berdoalah kepada-Ku, niscaya akan aku perkenankan untukmu", jadi semua doa anda pasti pasti pasti akan dikabulkan oleh Alloh. Jadi, memintalah dengan spesifik dan terus afirmasi –bayangkan/pengaruhi– pikiran anda
0 tanggapan kawan:
Post a Comment