saya jadi teringat petuah yang disampaikan oleh dosen ku yang agung.
kira kira begini:
orang orang sekarang tu banyak protes. baru lulus, dapet kerjaan, digaji 2 juta, masih bilang kekecilan.
kalo versi saya mah memang harusnya begitu.memang harus protes. artinya protes yang disampaikan harus sesuai dengan peningkatan kualitas diri. proteslah dengan gaji segitu jika anda mampu melakukan sesuatu yang anda anggap itu mahal. masa orang mau protes ko ga boleh?
saya rasa yang disampaikan pak dosen hanyalah sebuah kalimat pengekangan berpikir. yah, agar mahasiswanya menjadi manusia manusia yang nerimo terhadap apapun yang dijejalkan kedalam kepala kepala mereka.
mengajarkan mahasiswa menjadi orang orang yang tidak memiliki nilai tawar.
ya jangan aneh... itulah hasilnya kalau mahasiswa terlalu banyak makan sampah kertas kampus. sampah kurikulum. sampah pengekangan berpikir dan keterbatasan pagar kampus.
dan, inilah taring mahasiswa terancam DO. mahasiswa pemilih jalur yang berbeda.
Hilmy menjadi satu satunya makhluk "terkutuk" yang lolos FIM serta pernah berangkat ke Bali sebagai "tumbal"
Risky yang menggeluti dunia cetak mencetaknya, dengan berbagai pemikirannya yang "goblok"
dan saya yang terasing ke sebelah timur pulau jawa, sebagai team leader sebuah project dari kampus telekomunikasi terbesar negeri ini yang bermarkas di bandung, yang katanya masih "family" dengan kampus ku.
ketika yang lain disuruh bersabar, menerima kenyataan bahwa mereka harus bekerja dengan gaji rendah dan tidak boleh protes, kami telah melangkah lebih jauh daripada hanya sekedar mengharap sedikit belas kasihan dari kejahatan sistem outsorcing.
karena kami punya taring.
taring mahasiswa terancam DO
Wednesday 19 October 2011
Saturday 8 October 2011
kalimat itu yang terpikir di kepala ku pagi ini.
ya.. seakan akan dogma dogma itu menanamkan pemikiran bahwa yang ber-IPK rendah tidak akan hidup sejahtera lalu mati dalam keadaan terpuruk..
#darimana pemikiran ini datang?
belajar dilapangan dan kehidupan nyata membuat ku berpikir lebih jauh tentang bagaimana seharusnya orang belajar di kampus, dan bagaimana seharusnya para dosen mengajari mahasiswanya.
pandangan ku tentang kondisi sekarang ini, kampus hanya mengajarkan kentut. menyuruh mahasiswanya belajar tentang sinyal yang entah seperti apa bentuknya. ya, ku rasa sinyal itu seperti kentut. tak berwujud tapi bisa dirasa.
kenapa tidak ganti nama saja menjadi LPKI. Lembaga Pengajaran Kentut Indonesia
#kuliah versi saya
kondisinya sekarang adalah; saya membayar biaya registrasi jutaan rupiah untuk dipaksa belajar sesuatu yang tidak saya mengerti. jika tidak mampu, maka saya akan di cap goblok dan dipaksa terus mengulang sampai dapat huruf minimal C. sedangkan dosen terus menjejali otak orang orang yang secara tidak langsung memberinya pekerjaan.
yang ku pikirkan adalah; saya membayar kuliah. lalu menu mata kuliah ditawarkan. ku pilih yang ingin dipelajari. lalu memberi target ke dosen, "pokonya anda harus bisa membuat saya paham tentang mata kuliah INI dalam waktu 6 bulan". parameter keberhasilan saya yang pegang. jika sedikit paham, nilai dosen C. mandan paham, B. sangat paham, A. artinya dosen akan berpikir bagaimana caranya mengajari user-nya sampai mengerti. jelas, saya yang bayar anda.
#kenapa begitu?
miris melihat kondisi sekarang. geram melihat kelakuan dosen yang senga. sok! seakan akan kebodohan mahasiswa adalah murni karna kemalasan mahasiswa. tanpa menyadari sebetulnya cara mengajarnyalah yang goblok.
saat ini saya berada di surabaya, belajar mandiri dari awal tentang apa penyebab terjadinya blank spot area pada sistem GSM 900 & DCS. dari sini saya mempelajari ulang dan memahami tentang alokasi frekuensi, BSIC, ARFCN.
sepertinya pernah mendengar istilah itu saat kuliah. dan sekarang saya baru sadar, ternyata yang dulu itu hanya bunyi kentut...
ya.. seakan akan dogma dogma itu menanamkan pemikiran bahwa yang ber-IPK rendah tidak akan hidup sejahtera lalu mati dalam keadaan terpuruk..
#darimana pemikiran ini datang?
belajar dilapangan dan kehidupan nyata membuat ku berpikir lebih jauh tentang bagaimana seharusnya orang belajar di kampus, dan bagaimana seharusnya para dosen mengajari mahasiswanya.
pandangan ku tentang kondisi sekarang ini, kampus hanya mengajarkan kentut. menyuruh mahasiswanya belajar tentang sinyal yang entah seperti apa bentuknya. ya, ku rasa sinyal itu seperti kentut. tak berwujud tapi bisa dirasa.
kenapa tidak ganti nama saja menjadi LPKI. Lembaga Pengajaran Kentut Indonesia
#kuliah versi saya
kondisinya sekarang adalah; saya membayar biaya registrasi jutaan rupiah untuk dipaksa belajar sesuatu yang tidak saya mengerti. jika tidak mampu, maka saya akan di cap goblok dan dipaksa terus mengulang sampai dapat huruf minimal C. sedangkan dosen terus menjejali otak orang orang yang secara tidak langsung memberinya pekerjaan.
yang ku pikirkan adalah; saya membayar kuliah. lalu menu mata kuliah ditawarkan. ku pilih yang ingin dipelajari. lalu memberi target ke dosen, "pokonya anda harus bisa membuat saya paham tentang mata kuliah INI dalam waktu 6 bulan". parameter keberhasilan saya yang pegang. jika sedikit paham, nilai dosen C. mandan paham, B. sangat paham, A. artinya dosen akan berpikir bagaimana caranya mengajari user-nya sampai mengerti. jelas, saya yang bayar anda.
#kenapa begitu?
miris melihat kondisi sekarang. geram melihat kelakuan dosen yang senga. sok! seakan akan kebodohan mahasiswa adalah murni karna kemalasan mahasiswa. tanpa menyadari sebetulnya cara mengajarnyalah yang goblok.
saat ini saya berada di surabaya, belajar mandiri dari awal tentang apa penyebab terjadinya blank spot area pada sistem GSM 900 & DCS. dari sini saya mempelajari ulang dan memahami tentang alokasi frekuensi, BSIC, ARFCN.
sepertinya pernah mendengar istilah itu saat kuliah. dan sekarang saya baru sadar, ternyata yang dulu itu hanya bunyi kentut...
Subscribe to:
Posts (Atom)