hidup karena bernapas? atau bernapas karena hidup?
karena bernapas kita menjadi hidup? atau karena hidup kita jadi bisa bernapas?
ber-jalan. ber-kendara. ber-bicara. coba bandingkan dengan ber-napas.
kata berjalan menunjukkan kita aktif melakukan aktifitas jalan dengan kesadaran penuh.
begitu juga dengan berkendara; kita aktif mengendara. juga berbicara; kita aktif bicara.
bagaimana dengan bernapas? apakah benar kita aktif melakukan kegiatan napas dengan kesadaran penuh?
jika iya, apakah saat tidur kita sadar sedang bernapas? bahkan saat melek, apa kita sadar sedang melakukan hal yang disebut bernapas?
bagi saya bukan bernapas. tapi DI-BERNAPAS-KAN
apakah napas yang membuat manusia hidup? bukankah Tuhan yang menghidupkan...
manusia hidup dengan cara bernapas hanyalah sunatullah yang ditetapkan bagi manusia. tapi bukan napas yang sejatinya menghidupkan.
sama seperti pembahasan puasa di posting sebelumnya. berangkat dari pemaknaan "tidak-lah Allah ciptakan jin dan manusia kecuali untuk bertaqwa kepadaNya", maka didalam napas juga seharusnya kita menemukan eksistensi Tuhan.
perintah puasa diturunkan agar hati kita, pikiran kita tidak dipenuhi oleh hal yang menyempitkan ruang bagi hadirnya Tuhan disela sela makan. bahkan seharusnya bukan hanya disela sela. tapi diseluruh ruang hati dan pikiran Tuhan lah yang ada. maka manusia yang mengisi hatinya dengan Tuhan tidak lagi merasa perlu mencari napas dan mencari makan, karena sudah memahami bahwa napas dan makan hanyalah sunatullah yang Tuhan tetapkan agar manusia tetap hidup dengan jasadnya dan menyadari eksistensi Tuhannya. kalau kesadaran akan eksistensi Tuhan sudah tercapai, maka untuk apa lagi mengejar bagaimana cara mencari makan dan bernapas? bukankah esensinya sama. lalu pada akhirnya makan sudah menjadi sama dengan napas.
Sunday 6 July 2014
Subscribe to:
Posts (Atom)