dua hal yang dapat membutakan mata hati manusia.
keinginan dan rasa memiliki.
jika di konversi ke waktu, maka point nya adalah: masa lalu dan masa depan.
masa depan linier terhadap keinginan. masa lalu linier terhadap rasa memiliki.
sadarilah bahwa kita sudah terlalu banyak kehilangan waktu.
bukan kehilangan karena "waktu yang lalu tidak dimanfaatkan dengan selalu taat beribadah kepada Tuhan". ah, klise.
waktu, baik itu masa lalu atau masa depan, keduanya ilusi.
dimana letak masa lalu? dimana letak masa depan? nyata kah ia?
jadi yang sudah hilang dari waktu adalah saat ini. hilangnya karena di rebut oleh masa lalu dan masa depan. sehingga tidak ada lagi ruang dalam pikiran untuk menempatkan saat ini. padahal saat ini adalah sejatinya waktu. bahkan satu detik yang lalu dan satu detik yang akan datang itu tidak nyata.
ilusi waktu dapat membutakan mata hati. sehingga dengan itu maka lumpuhlah alat untuk "melihat" eksistensi Tuhan. karena pikirannya terlalu sibuk dengan keinginan yang belum tercapai, dan rasa memiliki terhadap segala pencapaian.
puasa adalah alat yang Tuhan wahyukan untuk menutup akses manusia terhadap kebutuhan dasarnya; makan-minum. seberapapun inginnya manusia makan karena dorongan lapar, seberapapun inginnya manusia minum karena dorongan haus, tapi puasa yang sudah di install telah membentuk firewall bagi hardware manusia agar tidak dapat mengakses makan dan minum.
disisi lain, Sang Pemilik sistem operasi menanamkan logaritma lanjutan, yaitu agar manusia menyadari bahwa "firewall" puasa ini diwajibkan bukan sekedar untuk "manusia tidak makan minum", tapi agar manusia mampu menyadari eksistensi Tuhan yang sesungguhnya dengan cara de-eksistensi secara paksa "tuhan-tuhan" yang lain.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 tanggapan kawan:
apik.
Post a Comment