Menurut saya, bagi anda –para mahasiswa– yang belum memiliki visi (tujuan) tidaklah pantas memiliki IPK diatas 2,00. Kenapa begitu??? Untuk anda yang belum memiliki visi, sekarang saya tanya, buat apa kamu cari IPK tinggi-tinggi??? Lha wong kamu sendiri ga tau dapetin IPK tinggi buat apa –sekali lagi saya ingatkan, “untuk yang belum punya visi”–. Dikampus tempat saya berkuliah keadaannya lebih parah lagi. Kebanyakan orang hanya terdiam katika saya tanya “kenapa masuk ******???” –maaf, saya tidak bisa sebutkan nama kampusnya–. Ya sebenernya masih mending kalo cuma terdiam, yang parah itu ketika sudah ada yang bilang “ketipu brosur!!!”. Parah kan… Sebenernya saya juga ketipu brosur, hueheheeeeeeeee…. Maaf, bukan maksud saya menebar virus dan mengajak anda untuk menurunkan IPK, tapi bukankah akan jauh lebih bermanfaat ketika apa yang anda cari selama ini memiliki tujuan yang lebih visioner –bukan hanya mencari nilai–. Karena saya khawatir, anda yang memiliki IPK tinggi –kalau tidak memiliki visi– nantinya hanya akan menjadi pengangguran bertitel “Ahli Madia”. Kekhawatiran saya ini bukanlah sesuatu yang tidak beralasan. Beberapa bulan yang lalu saya sempat berbincang dengan senior yang baru saja lulus dengan nila TA berpredikat “A”. Saya bilang “waaah,,, selamat bang ya, udah dapet nila A, hebat euy hebat, salut lah, terus rencana selanjutnyta mau ngapain???”. Dengan santainya dan dengan wajah polos tanpa dosa dia bialang “yah fik,,, liat gimana nanti lah, aku mau coba-coba ngelamar kerja dulu…”.
Wahai sohib-sohib ku, buka mata kalian!!! Ternyata seorang yang dapet nilai A masih belum jelas habis lulus mau ngapain. Saya tau kalo saja para dosen membaca tulisan saya ini pasti akan bilang “tapi coba liat mas, akhirya mereka dapet kerja juga kan!!!”. Pa dosen, bu dosen yang saya hormati, saya juga mau bilang “tapi coba liat mental mereka pa/bu… kasian mereka! Jalan pikiran mereka sudah dibatasi, dikotak-kotakkan pada suatu kondisi –selesai kuliah cari kerja–, selama anda mencari dalih akan keadaan ini, berarti anda juga sudah menjadi pembenar atas bobroknya mental bangsa yang lemah karena selalu berharap diberi kesempatan bekerja, bukannya membuka/membuat lapangan pekerjaan!!!”. Sahabatku, anda adalah mahasiswa, berpikirlah kritis, walaupun untuk berpikir kritis itu tidak harus menjadi mahasiswa dulu. Tapi sukses atau tidaknya bangsa ini sangat jelas ditentukan juga oleh kesuksesan anda. Jangan bangga jika anda baru bisa jadi karyawan. Anda yang sudah bekerja diperusahaan tidaklah pantas disebut karyawan karena karyawan seharusnya adalah berkarya, bukannya hanya mengerjakan tugas dari bos. Jadi lebih baik disebut pegawai saja.
0 tanggapan kawan:
Post a Comment